Saat ini, penjara tersebut menampung antara 14.000 hingga 15.000 tahanan, menurut data resmi. Amnesty International mencatat bahwa sebagian besar tahanan adalah mereka yang masih menunggu persidangan.
Penjara Makala memiliki catatan pembobolan sebelumnya, termasuk insiden besar pada tahun 2017 ketika lebih dari 4.000 narapidana melarikan diri setelah serangan oleh kelompok bersenjata.
Pihak berwenang telah berusaha mengurangi kepadatan penjara dengan membebaskan puluhan narapidana dalam beberapa bulan terakhir.
Hingga saat ini, Presiden Kongo Felix Tshisekedi, yang sedang berada di China untuk kunjungan resmi, belum memberikan komentar tentang insiden tersebut.
Menteri Kehakiman Constant Mutamba menyebut serangan ini sebagai “tindakan sabotase yang direncanakan” dengan tujuan melemahkan upaya perbaikan kondisi penjara.
Mutamba juga mengumumkan larangan pemindahan narapidana dari penjara dan menyatakan rencana untuk membangun fasilitas penjara baru sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kepadatan dan meningkatkan kondisi penahanan.
(aljazeera)