Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
Teknologi

Apa yang Terjadi Jika Fenomena Aurora Muncul di Indonesia?

268
×

Apa yang Terjadi Jika Fenomena Aurora Muncul di Indonesia?

Share this article
Ilustrasi aurora Foto: (Visit Senja/Facebook)

Seketika.com, Jakarta – Fenomena cahaya berkilauan di langit yang disebut aurora kini menjadi perbincangan hangat. Aurora hadir dengan tampilan cahaya alami yang memukau, dengan warna-warni seperti biru, merah, kuning, hijau, dan oranye yang bergeser perlahan dan berubah bentuk seperti tirai yang tertiup angin lembut.

Fenomena alam ini hanya terlihat pada malam hari dan biasanya hanya muncul di wilayah kutub, baik di kutub utara maupun selatan.

Aurora terlihat hampir setiap malam di dekat Lingkaran Arktik dan Antartika, sekitar 66,5 derajat utara dan selatan Khatulistiwa.

Di utara, fenomena ini dikenal sebagai aurora borealis atau cahaya utara. Sementara di selatan, disebut aurora australis atau cahaya selatan.

Ilmuwan mengungkapkan bahwa aurora bisa saja terlihat di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia, namun ada risiko yang menyertainya.

Dilansir CNBC Indonesia, menurut Guru Besar Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Dhani Herdiwijaya, dalam unggahan Bosscha Observatory, fenomena aurora di wilayah khatulistiwa dapat menyebabkan ‘kiamat’ pada satelit atau kiamat internet.

Hal ini terjadi karena badai Matahari yang memicu aurora membawa partikel energik yang dapat mengganggu dan merusak sistem komunikasi satelit.

Baru-baru ini, fenomena aurora borealis dan aurora australis menjadi perbincangan warganet Indonesia.

Badai Matahari pekan lalu yang memunculkan aurora ini disebabkan oleh partikel energik yang diarahkan ke kutub Bumi dan bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen di atmosfer.

Fenomena ini berlangsung lama karena partikel tersebut bergerak lebih lambat dari biasanya.

Guru Besar Astronomi ITB Dhani Herdiwijaya menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, aurora pernah terlihat di negara Asia, contohnya Jepang setelah badai Matahari terkuat pada 1859.

Namun, kehadiran aurora sering kali menimbulkan peristiwa Carrington, badai geomagnetik besar yang terjadi ketika plasma terlempar dari permukaan Matahari dan menghantam Bumi.

Interaksi partikel bermuatan listrik dengan medan magnet Bumi menyebabkan distorsi medan magnet dan memicu aurora serta fenomena lainnya.

Badai geomagnetik berpotensi menyebabkan gangguan besar, termasuk pemadaman listrik dan internet.

Sistem komunikasi frekuensi tinggi seperti radio darat-ke-udara, gelombang pendek, dan radio kapal-ke-pantai juga dapat terganggu.

Satelit yang mengorbit Bumi berisiko rusak akibat arus induksi badai geomagnetik, yang dapat menyebabkan gangguan pada telepon berbasis satelit, internet, radio, dan televisi.

Selain itu, badai geomagnetik meningkatkan aktivitas matahari yang menyebabkan atmosfer mengembang ke arah luar.