Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
IslamPendidikanReligi

Teori Ilmuan Mengenai Batu Suci Hajar Aswad

17
×

Teori Ilmuan Mengenai Batu Suci Hajar Aswad

Share this article
Teori Ilmuan Mengenai Batu Suci Hajar Aswad

Seketika.com, SAINS – Hajar Aswad, batu suci yang terletak di salah satu sudut Ka’bah, diyakini awalnya berwarna putih bercahaya. Namun, seiring waktu, batu ini berubah menjadi hitam. Dalam tradisi Islam, perubahan warna ini dikaitkan dengan penyerapan dosa manusia yang menyentuhnya.

Namun, para ilmuwan memiliki teori berbeda mengenai perubahan warna batu ini. Beberapa berpendapat bahwa Hajar Aswad merupakan batu akik, sementara teori lain menyebutnya sebagai meteorit—batu luar angkasa yang jatuh ke Bumi.

Hajar Aswad dan Teori Meteorit
Hipotesis bahwa Hajar Aswad berasal dari meteorit dianggap paling mendekati kebenaran, terutama jika dikaitkan dengan keyakinan bahwa batu ini berasal dari surga. Beberapa bukti ilmiah juga menunjukkan adanya jejak meteorit di sekitar Ka’bah, tempat Hajar Aswad berada.

Salah satu penelitian penting dilakukan oleh E. Thomsen, yang mengutip temuan Harry St. John Philby pada 1932. Philby menemukan kawah tumbukan meteorit di daerah Al-Hadidah, Wabar, dengan diameter lebih dari 100 meter. Di sekitar kawah ini, ditemukan pecahan meteorit yang mengandung silika, nikel, dan besi—komponen utama yang juga ditemukan pada meteorit di luar angkasa.

Menurut Thomsen, struktur batuan dari kawah ini menyerupai karakteristik Hajar Aswad. Ia menjelaskan bahwa campuran pasir, silika, dan nikel dalam batuan tersebut menghasilkan lapisan putih di dalamnya, tetapi bagian luar terbungkus cangkang hitam, akibat reaksi kimia dari ledakan nikel dan besi di atmosfer.

“Lapisan putih yang mungkin pernah dipancarkan Hajar Aswad berasal dari inti batu yang rapuh dan tidak bertahan lama,” tulis Thomsen dalam studi “New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka’ba” (1980).

Perdebatan Seputar Asal-Usul Hajar Aswad
Teori bahwa Hajar Aswad merupakan meteorit memang cukup kuat, tetapi masih menyisakan beberapa kelemahan. Batu meteor umumnya tidak dapat mengapung, tidak mudah pecah menjadi fragmen kecil, serta sulit bertahan dari erosi dalam jangka waktu lama.

Meskipun begitu, berdasarkan karakteristik materialnya, banyak ilmuwan yang setuju bahwa Hajar Aswad lebih mungkin merupakan meteorit dibanding batu jenis lainnya. Thomsen pun menyimpulkan bahwa penelitian lebih lanjut terhadap material batu meteor dapat membantu mengungkap asal-usul sejati Hajar Aswad.