Seketika.com, Internasional – Israel dan Hamas resmi menyetujui gencatan senjata di Gaza. Kesepakatan ini diumumkan oleh mediator utama, Qatar, pada Rabu (15/1/2025) malam waktu setempat. Langkah ini diharapkan dapat mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan di wilayah kantong Palestina tersebut.
Pada tahap awal kesepakatan, sebanyak 33 sandera Israel yang ditahan Hamas di Gaza akan dibebaskan. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan ratusan tahanan Palestina, meskipun angka pastinya masih menjadi perdebatan. Dua sumber dekat dengan Hamas menyebut kelompok tersebut meminta pembebasan ribuan tahanan, termasuk mereka yang menjalani hukuman panjang.
Gencatan senjata dijadwalkan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025, menjelang pelantikan Presiden AS Terpilih, Donald Trump. Trump sebelumnya menegaskan bahwa konflik ini harus selesai sebelum ia dilantik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Perjanjian gencatan senjata akan dilakukan dalam tiga tahap, dengan tahap pertama dirancang untuk berlangsung selama 42 hari. Selama periode ini, proses pertukaran tahanan dan pengembalian pengungsi akan difasilitasi oleh mediator internasional, termasuk Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir.
Pada tahap pertama:
- Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk perempuan, anak-anak, orang tua, serta warga sipil yang sakit dan terluka.
- Israel akan membebaskan ratusan tahanan Palestina, dengan jumlah yang disesuaikan dengan jumlah sandera yang masih hidup.
Tahap kedua akan dimulai setelah hari ke-16 gencatan senjata tahap awal. Fase ini diharapkan mencakup pembebasan sandera tambahan, termasuk tentara pria dan warga usia militer Israel.
Selama gencatan senjata awal, pasukan Israel akan mundur dari daerah padat penduduk Gaza, tetapi tetap mempertahankan zona penyangga hingga 800 meter di dalam wilayah tersebut. Langkah ini bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran tahanan dan pemulangan pengungsi.
Menurut sumber dekat Hamas, pasukan Israel akan mundur dari koridor Netzarim ke arah barat menuju Jalan Salaheddin. Namun, pasukan Israel tidak akan sepenuhnya mundur dari Gaza hingga semua sandera dikembalikan.
Qatar berharap kesepakatan ini akan menjadi langkah terakhir menuju perdamaian di Gaza. Namun, Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa fase kedua akan menjadi kunci untuk menghentikan perang secara permanen, termasuk penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.