Peskov menyebut keputusan tersebut sebagai langkah yang mengarah pada “perang terbuka” antara Rusia dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan negara-negara NATO.
Perubahan kebijakan ini terjadi di tengah serangan rudal balistik Rusia yang menghantam beberapa daerah di Ukraina, termasuk Sumy dan Odesa, yang menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan besar.
Di sisi lain, meskipun ada ancaman dari Moskow, beberapa sekutu NATO, seperti Estonia dan Lithuania, menyambut baik keputusan Biden tersebut sebagai langkah yang tepat untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, memberikan reaksi hati-hati terhadap perubahan kebijakan ini. Meskipun dia tidak memberikan pernyataan eksplisit mengenai langkah-langkah berikutnya, Zelenskyy menyebut bahwa serangan Ukraina tidak akan diumumkan secara terbuka. “Rudal akan berbicara sendiri,” ujar Zelenskyy dalam pidato videonya.
Meskipun kebijakan baru ini memberikan keuntungan strategis bagi Ukraina, dampaknya terhadap medan perang masih belum dapat dipastikan.
Patrick Bury, seorang profesor senior di bidang keamanan, menyatakan bahwa kebijakan tersebut mungkin terlambat untuk menghasilkan perubahan besar dalam strategi perang, namun dapat memperlambat serangan Rusia yang sedang berlangsung di wilayah Donetsk dan Kursk.