Seketika.com, Jakarta – Indonesia tengah menguji coba biodiesel B40, campuran 40% bahan bakar nabati dari kelapa sawit dengan 60% solar, sebagai langkah untuk meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi emisi karbon di tengah krisis energi global. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia menuju transisi energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Krisis energi global yang disebabkan oleh konflik di Eropa dan Timur Tengah telah mengganggu rantai pasokan energi dan mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, untuk mencari sumber energi alternatif. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pengembangan biodiesel.
Indonesia telah mengimplementasikan kebijakan mandatori biodiesel sejak 2014 melalui Peraturan Menteri ESDM nomor 12/2015.
Kebijakan ini mewajibkan penggunaan campuran biodiesel dalam bahan bakar solar, dimulai dengan campuran B10 pada 2014, meningkat menjadi B15 pada 2015, B20 pada 2016, dan B30 pada 2020.
Terbaru, pada 1 Februari 2023, Indonesia meluncurkan B35 dan kini tengah menguji coba B40. B40 menggabungkan 40% fatty acid methyl ester (FAME) dan 60% solar, dengan tujuan akhir untuk menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100), dan Green Jet Avtur (J100).
Uji coba B40 terbaru dilakukan pada kereta api di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, pada 22 Juli 2024. Kereta api Bogowonto yang melayani rute Yogyakarta–Pasar Senen menggunakan campuran B40.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa uji coba ini bertujuan untuk menguji ketahanan genset kereta api selama 1.200 jam dan diharapkan selesai pada Desember 2024.
Jika berhasil, penggunaan B40 secara penuh diharapkan dapat dimulai pada 2025.