Ida Bagus menambahkan untuk menjadikannya sebagai unique selling point. Harapan kami adalah adanya program pengembangan yang merangkul komunitas lain seperti Mentawai, Baduy, Dayak, dan Sumba, untuk menjadi bagian dari ekosistem pariwisata yang lebih besar.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini, mengungkapkan bahwa kehadiran Samsara Living Museum sangat penting dalam mengimplementasikan inovasi pariwisata. Ia berharap adanya jaringan living museum yang lebih luas di seluruh Nusantara.
“Pariwisata regeneratif di masa depan akan seperti ini. Kami mendukung kolaborasi di tahun depan untuk memperluas dampaknya, karena Indonesia adalah living museum,” ujar Ni Made.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hariyanto, juga mendukung inisiatif ini. “Kami siap mendukung dan memperkuat pengembangan jejaring untuk disebarluaskan ke desa-desa wisata,” pungkas Hariyanto.
Dengan demikian, Samsara Living Museum bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga menjadi simbol pariwisata berbasis budaya yang mendukung keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat di Bali.
(kemenparekraf)