Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
InternasionalPeristiwa

Kerusuhan di Bangladesh 105 Orang Tewas, Ribuan Luka Akibat Bentrokan Mahasiswa dan Kepolisian

134
×

Kerusuhan di Bangladesh 105 Orang Tewas, Ribuan Luka Akibat Bentrokan Mahasiswa dan Kepolisian

Share this article
Para pengunjuk rasa anti-kuota bentrok dengan polisi di Dhaka pada 18 Juli 2024. (Foto: AFP)

Seketika.com, DUNIA – Pemerintah Bangladesh melaporkan bahwa sebanyak 105 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi antara mahasiswa dan kepolisian setempat. Selain korban jiwa, ribuan orang tercatat mengalami luka berat dan ringan dalam insiden tersebut.

Kerusuhan dipicu oleh demo mahasiswa yang menentang kebijakan alokasi pekerjaan pegawai negeri yang diterapkan oleh pemerintah. Akibat meningkatnya kekerasan, pemerintah Bangladesh memutuskan untuk memblokir layanan internet dan seluler di berbagai wilayah untuk mengendalikan situasi.

“Perintah tembak di tempat telah diberlakukan, memberikan kewenangan kepada pasukan keamanan untuk menembaki pengunjuk rasa dalam kasus-kasus ekstrem,” kata Obaidul Quader, Sekretaris Jenderal Partai Liga Awami yang berkuasa, seperti dilansir laman Sky News, Minggu (21/7/2024).

Selain itu, pemerintah juga memberlakukan jam malam nasional yang ketat dan mengerahkan tentara untuk berjaga. Pasukan keamanan diperintahkan untuk menembak siapa saja yang melanggar aturan jam malam, langkah yang mendapat kritik keras dari kelompok hak asasi internasional.

Kerusuhan ini bermula dari aksi unjuk rasa mahasiswa yang menolak kebijakan pemerintah dalam alokasi Aparatur Sipil Negara (ASN). Aksi yang awalnya terjadi di Dhaka University ini kemudian meluas ke berbagai kampus dan distrik lain.

Kristian Yudhianto, mahasiswa BRAC University asal Indonesia, mengungkapkan bahwa aksi unjuk rasa yang dimulai di Dhaka University seminggu lalu telah menyebar ke berbagai universitas di Dhaka dan distrik lainnya. “Rusuh dan tidak kondusif, enam mahasiswa tewas,” kata Kristian dalam wawancara dengan Pro3 RRI, Kamis (19/7/2024) malam.

Pemerintah menutup sementara universitas dan sekolah, memindahkan kegiatan belajar mengajar ke sistem online. Transportasi umum seperti bus juga tidak beroperasi, dan pemerintah mulai membatasi akses internet.