Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
OpiniPolitikTeknologi

Ketika Algoritma Mengendalikan Kebebasan: Mengungkap Manipulasi Psikopolitik di Era Digital

178
×

Ketika Algoritma Mengendalikan Kebebasan: Mengungkap Manipulasi Psikopolitik di Era Digital

Share this article
Ilustrasi opini yang dikendalikan oleh algoritma media sosial, (DallE)

Pengguna di setiap platform terpapar lebih banyak pada konten yang sesuai dengan kecenderungan politik tertentu, yang akibatnya membuat bias karena mengurangi paparan terhadap perspektif yang berbeda.

Kasus media sosial TikTok dan Twitter tersebut menunjukkan apa yang disebut Han sebagai “kebebasan yang dimanipulasi.” Di satu sisi, pengguna merasa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan mendukung kandidat politik berdasarkan informasi yang mereka lihat di media sosial. Namun, pilihan mereka sebenarnya dibentuk oleh algoritma yang secara selektif menampilkan konten tertentu.

Dalam hal ini, kebebasan individu untuk menentukan pilihan politik mereka terjepit oleh kekuasaan yang tersembunyi di balik algoritma.

Dampak Psikologis dan Sosial: Polarisasi dan Radikalisasi

Fenomena ini memiliki dampak psikologis dan sosial yang signifikan. Ketika algoritma memperkuat pandangan politik tertentu, pengguna menjadi semakin yakin dengan keyakinan mereka, yang dapat menyebabkan polarisasi di masyarakat.

Polarisasi ini memperkuat perpecahan sosial dan politik, di mana individu dari kubu yang berbeda semakin sulit untuk berdialog untuk menemukan titik temu.

Selain itu, eksposur yang berlebihan terhadap konten yang bias dapat menyebabkan radikalisasi, di mana pengguna menjadi lebih ekstrim dalam pandangan politik merka.