Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
InternasionalPeristiwa

Kim Jong Un Pimpin Penyerahan 250 Peluncur Rudal Balistik Taktis Baru ke Militer Korea Utara

104
×

Kim Jong Un Pimpin Penyerahan 250 Peluncur Rudal Balistik Taktis Baru ke Militer Korea Utara

Share this article

Seketika.com, World – Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, memimpin upacara penyerahan 250 peluncur rudal balistik taktis baru kepada unit militer di perbatasan pada Minggu (4/8/2024). Langkah ini merupakan bagian dari upaya Korea Utara untuk terus memperkuat persenjataan jarak pendeknya yang ditujukan untuk mengatasi pertahanan rudal di Korea Selatan.

Menurut laporan dari Al Jazeera, dalam sebuah foto yang diunggah oleh media pemerintah KCNA, terlihat truk peluncur berbaris di alun-alun yang dihiasi bendera, sementara tentara berbaris dalam formasi. Upacara tersebut diakhiri dengan pertunjukan kembang api yang megah.

Dalam pidatonya, Kim Jong Un menyebut peluncur-peluncur tersebut sebagai senjata serangan taktis terbaru yang ia rancang sendiri. Senjata taktis biasanya mengacu pada sistem yang mampu membawa senjata nuklir dengan daya ledak rendah. Bulan lalu, Korea Utara mengklaim telah menguji rudal balistik taktis baru yang dapat membawa hulu ledak berukuran besar.

Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Lee Sung-Joon, menyatakan bahwa peluncur rudal tersebut dimaksudkan untuk digunakan dalam berbagai cara untuk menyerang dan mengancam Korea Selatan. “Kami percaya bahwa peluncur rudal ini dimaksudkan untuk digunakan dalam berbagai cara, seperti menyerang atau mengancam Korea Selatan. Penempatan di dekat perbatasan menunjukkan jangkauannya yang tidak terlalu jauh,” ujarnya.

Hubungan antara kedua Korea berada dalam kondisi paling tegang selama beberapa tahun terakhir. Perjanjian militer 2018 yang dirancang untuk meredakan ketegangan kini tidak efektif. Korea Utara telah mengirimkan pasukan ke perbatasan, meningkatkan uji coba senjata, dan mengirimkan ratusan balon berisi sampah ke Korea Selatan.

Langkah terbaru ini diperkirakan akan semakin memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea, di tengah upaya internasional untuk mengurangi risiko konflik militer di wilayah tersebut.