Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
OpiniPeristiwaReligi

Membangun Kepercayaan di Tengah Konflik: Memahami Trusting the Enemy dalam Konteks Indonesia

131
×

Membangun Kepercayaan di Tengah Konflik: Memahami Trusting the Enemy dalam Konteks Indonesia

Share this article
Ilustrasi. (freepik/jcomp)

Seketika.com, Lifestyle – Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan manusia. Namun, apa yang terjadi ketika kepercayaan harus dibangun antara dua kelompok yang selama ini terlibat dalam konflik? Inilah pertanyaan yang dijawab dalam penelitian bertajuk “Trusting the Enemy—Towards a Comprehensive Understanding of Trust in Intergroup Conflict.” Studi ini mendalami bagaimana kepercayaan dapat terbentuk bahkan di antara pihak-pihak yang selama ini dianggap sebagai musuh.

Memahami Kepercayaan dalam Konflik

Dalam situasi konflik, baik antar kelompok sosial, agama, maupun politik, kepercayaan sering kali menjadi elemen yang paling rapuh. Konflik berkepanjangan menciptakan prasangka, kebencian, dan ketidakpercayaan yang mendalam, yang kemudian menghalangi upaya rekonsiliasi.

Penelitian ini berusaha memahami bagaimana kepercayaan dapat muncul dan berkembang dalam konteks yang penuh dengan ketidakpercayaan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan dalam konflik antarkelompok adalah proses yang kompleks dan multidimensional. Tidak hanya melibatkan faktor psikologis individu, tetapi juga pengaruh sosial, budaya, dan politik yang lebih luas.

Dengan kata lain, membangun kepercayaan bukan hanya tentang mengubah sikap individu, tetapi juga membutuhkan perubahan struktural dan institusional yang mendukung.

Kepercayaan dalam Konteks Indonesia

Di Indonesia, isu kepercayaan dalam konflik sangat relevan, mengingat negara ini memiliki sejarah panjang konflik antarkelompok, baik yang berlatar belakang etnis, agama, maupun politik.

Konflik di Maluku, Poso, dan Aceh adalah contoh nyata bagaimana ketidakpercayaan dapat mengakar dan menyebabkan kekerasan yang berkepanjangan. Namun, Indonesia juga memberikan banyak contoh bagaimana kepercayaan dapat dibangun kembali.