Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
OpiniPeristiwaReligi

Membangun Kepercayaan di Tengah Konflik: Memahami Trusting the Enemy dalam Konteks Indonesia

136
×

Membangun Kepercayaan di Tengah Konflik: Memahami Trusting the Enemy dalam Konteks Indonesia

Share this article
Ilustrasi. (freepik/jcomp)

Salah satu contoh yang paling menonjol adalah proses perdamaian di Aceh. Setelah puluhan tahun konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia, kesepakatan damai akhirnya tercapai pada tahun 2005.

Proses ini menunjukkan pentingnya faktor-faktor seperti keterlibatan pihak ketiga (mediator internasional), dialog yang berkelanjutan, dan komitmen kedua belah pihak untuk membangun kembali kepercayaan.

Dalam konteks konflik antaragama di Maluku, upaya membangun kepercayaan juga telah dilakukan melalui berbagai program rekonsiliasi dan pembangunan komunitas. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah “community healing,” di mana anggota komunitas yang berbeda agama diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan bersama yang menekankan pada persamaan daripada perbedaan.

Pendekatan ini telah membantu mengurangi ketegangan dan membangun kembali kepercayaan di antara kelompok-kelompok yang pernah berkonflik.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan

Penelitian Trusting the Enemy menyoroti beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi pembangunan kepercayaan dalam situasi konflik.

Pertama, adanya kontak langsung antara anggota kelompok yang berkonflik. Kontak ini, jika dikelola dengan baik, dapat membantu mengurangi prasangka dan stereotip negatif.

Kedua, pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka. Dalam banyak kasus, ketidakpercayaan muncul dari kurangnya komunikasi atau informasi yang salah. Dengan meningkatkan komunikasi yang transparan, pihak-pihak yang berkonflik dapat mulai memahami perspektif satu sama lain dan menemukan kesamaan yang dapat menjadi dasar untuk membangun kepercayaan.