Menggunakan analisis korelasi genetik fenom-lebar, para peneliti menemukan asosiasi baru yang memberikan wawasan tentang bagaimana sifat-sifat kepribadian memengaruhi, dan dipengaruhi oleh, kesehatan mental.
Misalnya, studi ini menemukan hubungan kausal dua arah yang kuat antara neurotisisme dan depresi serta kecemasan.
Ini berarti bahwa neurotisisme yang tinggi tidak hanya meningkatkan risiko berkembangnya depresi dan kecemasan, tetapi juga bahwa kondisi ini dapat memperburuk sifat neurotis.
Sebaliknya, kesepakatan, yang ditandai dengan sifat percaya dan empati, ditemukan memiliki efek protektif terhadap gangguan psikopatologi ini, dengan korelasi negatif terhadap depresi dan kecemasan.
Temuan-temuan ini menekankan pentingnya sifat-sifat kepribadian sebagai prediktor potensial hasil kesehatan mental. Mereka juga menggarisbawahi kompleksitas interaksi antara susunan genetik kita dan kesehatan mental, yang menunjukkan bahwa intervensi yang menargetkan sifat-sifat kepribadian dapat berperan dalam mencegah atau mengurangi gangguan kesehatan mental.
Lebih dari Sekadar Genetika: Peran Ekspresi Gen dan Protein
Studi ini tidak hanya berhenti pada identifikasi varian genetik yang terkait dengan sifat-sifat kepribadian. Para peneliti juga menyelami mekanisme molekuler yang mendasari asosiasi-asosiasi ini dengan melakukan analisis asosiasi transkriptom-lebar dan proteom-lebar.