Seketika.com, Tekno – Dalam era digital yang semakin maju, kecerdasan buatan (AI) telah berkembang dengan pesat, menjanjikan kemampuan yang semakin mirip dengan cara berpikir manusia. Salah satu aspek paling menarik dari perkembangan ini adalah kemampuan AI dalam memahami dan meniru proses berpikir manusia, terutama dalam apa yang disebut sebagai “teori pikiran” atau “theory of mind” (ToM). Teori pikiran adalah kemampuan untuk memahami dan melacak keadaan mental orang lain—sebuah kemampuan mendasar dalam interaksi sosial manusia.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Nature Human Behaviour pada Juli 2024 mengeksplorasi sejauh mana model bahasa besar (large language models atau LLMs) seperti ChatGPT mampu meniru kemampuan manusia dalam memahami keadaan pikiran orang lain.
Studi ini, yang dipimpin oleh James W. A. Strachan dan timnya, mengungkapkan beberapa temuan yang mengejutkan tentang bagaimana AI seperti GPT-4 dan LLaMA2 beroperasi dalam tugas-tugas teori pikiran.
Kecerdasan Buatan vs. Manusia: Siapa yang Lebih Cerdas?
Para peneliti menguji dua keluarga LLMs—GPT dan LLaMA2—dalam serangkaian tes yang dirancang untuk mengukur berbagai kemampuan teori pikiran, seperti memahami keyakinan yang salah, menafsirkan permintaan tidak langsung, mengenali ironi, dan mendeteksi kesalahan sosial (faux pas).
Sebagai perbandingan, mereka juga melibatkan 1.907 peserta manusia dalam tes yang sama.
Hasilnya? Dalam beberapa tugas, seperti mengenali permintaan tidak langsung dan memahami keyakinan yang salah, GPT-4 bahkan mampu menyamai atau melebihi kemampuan manusia.
Ini menunjukkan bahwa model AI ini dapat menangani tugas-tugas yang menuntut pemahaman sosial yang kompleks, sebuah pencapaian yang luar biasa dalam pengembangan AI.
Namun, ada satu area di mana GPT-4 mengalami kesulitan: mendeteksi kesalahan sosial atau faux pas.