Wayang ini menceritakan perjalanan para gembala dan Tiga Raja dari Timur yang datang untuk menyaksikan kelahiran Sang Juru Selamat.
Selain itu, ada juga Pohon Natal setinggi delapan meter yang dihiasi dengan pita Natal dan lambang sukacita, melambangkan kebahagiaan yang dibagikan umat kepada sekelilingnya.
Dekorasi lainnya menampilkan hiasan perca-perca wastra Nusantara dari berbagai wilayah yang dihimpun menjadi karya seni yang memukau.
Hasil daur ulang kain ini dipadupadankan secara menarik, menciptakan nuansa Natal yang penuh warna dan kearifan lokal. Patung boneka kayu khas Betawi dan Batak juga melengkapi dekorasi, mencerminkan tradisi Natal yang berpadu dengan budaya lokal.
Susyana Suwadie menjelaskan bahwa penggunaan bahan daur ulang adalah bagian dari implementasi ajaran sosial gereja yang telah dicanangkan dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta sejak 2021.
Salah satu ajaran utama adalah pelestarian lingkungan yang menjadi fokus utama dalam perayaan Natal kali ini.