Program pendidikan perdamaian sering kali hanya mendapatkan dukungan dari LSM atau inisiatif lokal, dan tidak didanai oleh pemerintah. Ini menyebabkan program pendidikan perdamaian tidak berjalan secara konsisten.
2. Prioritas pada Akademik
Pendidikan di Indonesia cenderung menekankan mata pelajaran akademik seperti matematika, sains, dan bahasa, sementara mata pelajaran berbasis nilai seperti pendidikan perdamaian sering kali dikesampingkan.
Hal ini mirip dengan situasi di Afrika Selatan di mana pendidikan perdamaian hanya ditempatkan sebagai tambahan, bukan sebagai bagian integral dari kurikulum.
3. Kekerasan Sosial dan Budaya Kekerasan
Di beberapa daerah di Indonesia, kekerasan di masyarakat, termasuk kekerasan antarpelajar, masih menjadi masalah serius.
Sekolah yang berada di daerah dengan tingkat kekerasan yang tinggi sering kali mengalami kesulitan dalam menerapkan pendidikan perdamaian karena norma-norma kekerasan yang sudah terlanjur mengakar.
4. Keterlibatan Orang Tua
Seperti di Afrika Selatan, keterlibatan orang tua di Indonesia dalam pendidikan anak-anak mereka sering kali minim, terutama dalam program-program yang bersifat non-akademik.