“Awalnya, biro menyampaikan kalau tenda kami di Maktab 116, lalu berubah menjadi Maktab 111-A. Setelah berputar-putar, ternyata yang ada hanya Maktab 111+, maktab jemaah lain. Biro memang tidak menyewakan maktab untuk kami,” ungkap seorang jemaah haji perempuan asal Cikarang.
Jemaah haji plus ini juga kehilangan waktu wukuf di Arafah dan tidak bisa mabit di Muzdalifah.
“Ini akibat paling fatal dunia akhirat. Kondisi kami berantakan di Arafah sampai kami kehilangan momen wukuf dan tidak bisa mabit di Muzdalifah,” tambahnya.
Buruknya pelayanan biro travel sudah terasa sejak pertama tiba di Makkah. Mereka dijanjikan transit di hotel bintang lima, namun nyatanya diinapkan di WEG Mashaer Hotel, hotel bintang tiga di Aziziyah.
Selain itu, konsumsi yang disediakan tidak sesuai standar gizi dan sering tidak tepat waktu. Air minum pun tidak disediakan kecuali diminta.
Menanggapi keluhan ini, anggota Timwas DPR RI, Wisnu Wijaya, menyatakan pihaknya telah mencatat semua laporan sebagai temuan Timwas DPR.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan Kementerian Agama.
“Kami meminta Kementerian Agama untuk mengevaluasi besar-besaran biro travel pengelola perjalanan haji. Kemenag harus bertindak tegas dengan mencabut izin operasional biro-biro haji umrah yang nakal,” tegasnya.
(dpr)