Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
InternasionalOlahraga

Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 Minta Maaf atas Parodi Perjamuan Terakhir yang Dikecam Publik

129
×

Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 Minta Maaf atas Parodi Perjamuan Terakhir yang Dikecam Publik

Share this article

Seketika.com, Olahraga – Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 meminta maaf setelah parodi ‘The Last Supper’ atau Perjamuan Terakhir dikecam publik, khususnya umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia. Kontroversi ini muncul dalam acara pembukaan Olimpiade pada Minggu (28/7/2024).

‘The Last Supper’ adalah lukisan terkenal karya Leonardo da Vinci yang menggambarkan perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama para muridnya sebelum momen penyaliban. Namun, dalam pembukaan Olimpiade Paris, sejumlah model transgender dan seorang penyanyi telanjang yang menyerupai dewa anggur Yunani, Dionysus, memparodikan adegan tersebut.

Tindakan ini memicu reaksi keras dari berbagai organisasi Kristen dan Katolik di seluruh dunia, yang menganggap parodi tersebut melecehkan perjamuan sakral dalam Kekristenan. Uskup terkenal Robert Barron dari Minnesota, dalam sebuah video, menyatakan bahwa parodi itu “melecehkan momen yang sangat sentral dalam Kekristenan.” Sementara itu, Pembicara Dewan Perwakilan Rakyat AS, Mike Johnson, di media sosial menyebutnya “mengejutkan dan menghina” bagi orang-orang Kristen.

Menanggapi kecaman tersebut, penyelenggara Olimpiade Paris 2024 segera mengeluarkan permintaan maaf resmi. Anne Descamps, juru bicara Olimpiade Paris, menegaskan bahwa tidak ada niat untuk menunjukkan ketidakhormatan terhadap kelompok agama mana pun. “Kami benar-benar berusaha merayakan toleransi komunitas,” kata Descamps. “Melihat hasil jajak pendapat yang kami bagikan, kami percaya bahwa ambisi ini telah tercapai. Jika orang merasa tersinggung, tentu saja kami sangat, sangat menyesal,” tambahnya.

Kontroversi ini menjadi pembelajaran penting bagi penyelenggara acara besar untuk lebih berhati-hati dalam menyusun konsep yang melibatkan simbol-simbol agama agar tidak menyinggung perasaan umat beragama di seluruh dunia.