Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
InternasionalPemerintahan

Perang Dagang China Vs Kanada Makin Memanas

111
×

Perang Dagang China Vs Kanada Makin Memanas

Share this article
Foto: Foto Kolase Presiden China, Xi Jinping dan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. (AP Photo/)

Seketika.com, Bisnis – Perang dagang global semakin memanas setelah China memberlakukan tarif baru terhadap sejumlah produk pertanian asal Kanada. Langkah ini dianggap sebagai respons terhadap kebijakan Ottawa yang sebelumnya mengenakan tarif pada kendaraan listrik, baja, dan aluminium asal China.

Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China mengumumkan bahwa tarif sebesar 100% akan diberlakukan terhadap minyak lobak, bungkil minyak, dan kacang polong dari Kanada. Sementara itu, tarif 25% akan dikenakan pada produk akuatik dan daging babi Kanada. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku pada 20 Maret 2025.

Langkah balasan ini datang setelah Kanada memberlakukan tarif impor sebesar 100% pada kendaraan listrik buatan China sejak 1 Oktober 2024, serta tarif 25% pada baja dan aluminium sejak 15 Oktober 2024. Langkah tersebut sejalan dengan kebijakan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang menilai persaingan perdagangan dengan China semakin tidak sehat.

Dalam pernyataannya, Kementerian Perdagangan China mendesak Kanada untuk segera memperbaiki kebijakan perdagangan yang dianggap keliru dan mencabut pembatasan tersebut. Namun, pemerintah Kanada belum memberikan tanggapan resmi terhadap keputusan Beijing.

China merupakan salah satu pasar utama bagi komoditas pertanian Kanada. Tahun lalu, Kanada mengekspor minyak kanola dan bungkil kanola senilai hampir US$1 miliar ke China, yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ternak. Ekspor biji kanola Kanada ke China bahkan lebih besar dan saat ini tengah menjadi subjek penyelidikan antidumping oleh China.

Beberapa analis berpendapat bahwa kebijakan tarif ini mengingatkan pada perselisihan dagang yang terjadi pada 2019, ketika China juga memberlakukan tarif tinggi terhadap kanola Kanada sebagai respons atas penahanan Meng Wanzhou, eksekutif Huawei, oleh otoritas Kanada atas permintaan AS. Saat itu, China juga menahan dua warga Kanada dalam kondisi yang keras, sehingga hubungan bilateral kedua negara memburuk secara signifikan.

Pengamat perdagangan internasional menilai bahwa keputusan China ini bukan hanya sebagai respons terhadap Kanada, tetapi juga sebagai sinyal bagi negara lain, termasuk Meksiko, agar tidak tunduk pada tekanan AS dalam kebijakan tarif terhadap produk China. Media pemerintah China menegaskan bahwa tarif ini adalah “peringatan keras” bagi negara-negara yang mempertimbangkan untuk mengikuti jejak Washington.

Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor China ke Meksiko meningkat tajam, terutama untuk mobil berbahan bakar bensin, yang menggerus pangsa pasar produsen otomotif AS dan Eropa. Dengan kondisi ini, China diperkirakan akan semakin agresif dalam menjaga kepentingan perdagangannya di kawasan Amerika Utara.