Dia juga menjelaskan bahwa Madu kelulut diminati oleh tetangga dan kolega yang memiliki masalah kesehatan.
Awalnya, Madu tersebut dipasarkan melalui platform Shopee dan Lazada, namun permintaan yang tinggi mengakibatkan keterbatasan stok dan harus dilakukan pre-order.
Hingga saat ini, rata-rata omset per bulan dari penjualan Madu kelulut mencapai Rp 2 sampai 3 juta.
“Kami berharap untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar dari Pemko Banjarbaru agar masalah karhutla dan sampah dapat ditangani dengan serius, mengingat populasi kelulut juga bisa menjadi indikator pencemaran lingkungan,” tambahnya.
(infopublik)