Pertama, media sosial memiliki algoritma yang menciptakan “ruang gema” dan “gelembung filter”, dimana setiap pengguna media sosial disajikan konten yang selaras dengan keyakinan dan minat mereka.
Hal ini memperkuat bias dan polarisasi opini publik sehingga memudahkan para propagandis untuk menargetkan dan memanipulasi kelompok tertentu.
Kedua, konten viral dan meme juga dapat digunakan sebagai sarana propaganda yang efektif. Meme kebanyakan menggunakan humor dan referensi budaya untuk menyampaikan gagasan atau emosi yang kompleks dalam format yang sederhana dan mudah dipahami.
Karena kesederhanaannya membuat meme dan konten viral menjadikan alat ampuh untuk membentuk opini publik.
Ketiga adalah berita palsu dan misinformasi, internet juga menjadi lahan subur bagi penyebar berita palsu dan misinformasi.
Berita palsu ini sering digunakan untuk memanipulasi opini publik dan merusak kepercayaan terhadap sumber berita yang kredibel.
