BudayaTravel

Sandiaga Uno Tutup Festival Budaya Lembah Baliem 2024 di Papua Pegunungan

217
×

Sandiaga Uno Tutup Festival Budaya Lembah Baliem 2024 di Papua Pegunungan

Share this article
Menparekraf Sandiaga Uno Menutup Festival Budaya Lembah Baliem 2024: Momen Bersejarah di Papua Pegunungan, foto:kemenparekraf

Seketika.com, Jayawijaya – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, resmi menutup rangkaian “Festival Budaya Lembah Baliem 2024” yang berlangsung di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada 7 hingga 9 Agustus 2024. Acara penutupan ini mencatat sejarah karena Menparekraf Sandiaga merupakan menteri pariwisata pertama yang hadir secara langsung dalam 32 tahun penyelenggaraan festival tersebut.

Kehadiran Menparekraf Sandiaga disambut antusias oleh masyarakat dan wisatawan yang memadati festival selama tiga hari. Dalam sambutannya pada Jumat (9/8/2024) di Wosi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Sandiaga menyatakan, “Atas nama Presiden, saya sangat antusias menyapa langsung masyarakat dan melihat budaya yang ada. Maka dengan penuh rasa syukur, saya nyatakan Festival Budaya Lembah Baliem ke-32 secara resmi ditutup.”

Festival Budaya Lembah Baliem menyajikan ragam adat dan budaya dari lima suku besar di Lembah Baliem, yaitu Hubula (suku Dani), suku Lanny, suku Yali, suku Hubla, dan suku Ngalik (suku Nduga). Festival yang digelar sejak tahun 1989 ini bertujuan untuk melestarikan adat dan budaya lokal.

Salah satu atraksi utama adalah pertunjukan perang suku, di mana masyarakat dari 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya menampilkan pertunjukan perang dengan narasi dan koreografi khas masing-masing.

Dulu, perang suku sering terjadi akibat sengketa tanah, perselingkuhan, dan masalah hewan piaraan babi yang dikenal sebagai wam. Namun, festival ini kini menjadi wadah untuk menampilkan atraksi perang dalam suasana yang aman dan untuk memperkenalkan budaya kepada generasi muda.

Selain atraksi perang, Festival Budaya Lembah Baliem juga menampilkan tari-tarian, kerajinan tangan seperti noken, ukiran kayu, koteka, tombak, dan sali (rok rumbai kayu).

Festival ini menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara. Data sementara menunjukkan bahwa lebih dari 15 ribu pengunjung hadir, dengan target untuk melampaui angka pengunjung tahun lalu yang mencapai 50 ribu.