OpiniPeristiwa

Sejarah Panjang dan Makna May Day Sebagai Peringatan Hari Buruh

496
×

Sejarah Panjang dan Makna May Day Sebagai Peringatan Hari Buruh

Share this article

May Day menjadi momen untuk menuntut kesejahteraan

Seketika.com, JAKARTA – May Day, yang diperingati setiap tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh, bukan sekadar hari libur biasa. Di balik momen ini tersimpan sejarah panjang perjuangan para pekerja di seluruh dunia.

Mulai dari proklamasi jam kerja 8 jam pada tahun 1886 hingga perayaan May Day di berbagai negara saat ini, setiap tanggal 1 Mei menjadi kesempatan untuk menghormati pengorbanan dan perjuangan kaum pekerja.

Pada 1 Mei 1886, Federation of Organized Trades and Labor Unions (FOTLU) di Amerika Serikat menetapkan batas jam kerja maksimal 8 jam untuk buruh.

Keputusan ini merupakan respons atas kondisi kerja yang tidak manusiawi, di mana banyak buruh dipaksa bekerja hingga 10-16 jam per hari, mengakibatkan penderitaan dan kematian.

Namun, perjuangan untuk hak-hak buruh tidak berjalan mulus. Kerusuhan Haymarket yang terjadi pada 3 Mei 1886 di Chicago menjadi titik balik dalam sejarah pergerakan buruh.

Bentrokan antara polisi dan buruh berujung pada korban jiwa, dan demo berlanjut keesokan harinya di Haymarket Square. Orasi dari tokoh penting seperti August Spies dan kejadian pengeboman yang tidak terduga menambah kekacauan, dengan korban jiwa di kedua belah pihak.

Sidang yang menyusul kerusuhan tersebut juga tidak lepas dari kontroversi. Delapan orang dituduh sebagai anarkis dan dihukum dalam sidang yang kontroversial.

Meskipun bukti tidak cukup kuat, mereka dijatuhi hukuman mati atau hukuman penjara. Sidang ini menimbulkan kehebohan di seluruh dunia dan memperkuat semangat perjuangan buruh.

Meskipun May Day dirayakan di banyak negara sebagai hari libur resmi dan momen untuk menghormati perjuangan para pekerja, ironisnya, di Amerika Serikat sendiri, Hari Buruh tidak diakui secara resmi.

Setelah Pemogokan Pullman pada 1894, Presiden Grover Cleveland bahkan memindahkan Hari Buruh ke Senin pertama bulan September untuk mengurangi kaitannya dengan perayaan Internasional yang dianggap berpotensi membangun dukungan terhadap ideologi komunis.