“Kita perhatikan lebih lanjut lagi terkait dengan UTP ini mendominasi usaha pertanian di semua subsektor. Di mana UTP terbanyak terdapat di subsektor tanaman pangan mencapai 2,65 juta unit usaha, UPB terbanyak di subsektor peternakan 121 unit usaha, UTL subsektor jasa pertanian 940 unit usaha,” jelasnya.
Sedangkan sebaran UTP paling banyak menurut wilayah, lanjut Dadang, yaitu di Kabupaten Grobogan sebanyak 289.197 unit atau 6,63 persen dari total UTP di Jateng. Sementara UTP paling sedikit terdapat di Kota Surakarta sebanyak 1.135 unit, atau 0,03 persen dari total UTP.
Dia menambahkan, untuk UTP urban farming yakni daerah yang mengusahakan lahan pertanian di lahan terbatas, dengan sebagian besar tidak di media tanam tanah serta menggunakan teknologi hidroponik, aquaponik, vertikultur dan sebagainya, di Jateng sebanyak 1.953 unit.
“Untuk UTP urban farming terbanyak terdapat di Kabupaten Karanganyar sebanyak 152 unit atau 7,78 persen,” jelasnya.
Sedangkan UTP urban farming paling sedikit sebanyak satu unit di Kota Tegal, atau 0,05 persen dari total urban farming di Jawa Tengah. Sementara itu, untuk sebaran pengelola UTP menurut kelompok umur, pada 2023 ini terjadi peningkatan proporsi pengelola UTP yang berumur di atas 55 tahun, bila dibandingkan dengan kondisi 2013.
Sebaran petani menurut generasi, terang Dadang, petani di Jawa Tengah didominasi generasi X yakni petani yang lahir pada 1965-1980, dengan perkiraan sekarang berusia 43 tahun-58 tahun ini, mencapai 42,01 persen. Selanjutnya diikuti oleh generasi baby boomer yang lahir pada 1946-1964, dengan perkiraan usia 59 tahun-77 tahun (35,37 persen).
“Generasi milenial yang lahir pada tahun 1981-1996 perkiraan usia sekarang 27-42 tahun ini sebesar 18,78 persen,” tutur dia.