Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
PeristiwaTravel

Bersilat Dalam Lumpur Di Desa Wisata Kubu Gadang

453
×

Bersilat Dalam Lumpur Di Desa Wisata Kubu Gadang

Share this article

Keberadaan lapangan ini sangat menunjang sejumlah even lokal hingga internasional. terbaru, di akhir 2022 lalu, di lapangan tersebut digelar Festival temu Penyair Asia Tenggara. Para peserta ajang ini datang dari sejumlah negara tetangga. Tidak hanya sebagai sebuah acara yang mempertemukan para sastrawan, Temu Penyair Asia Tenggara yang sudah kedua kalinya di gelar di Desa Wisata Kubu Gadang juga menjadi bukti bahwa desa ini sangat siap dalam penyelenggaraan even.

Sejumlah even, seperti halnya Temu Penyair Asia Tenggara dilaksanakan lebih dari satu hari. Dengan demikian panitia serta peeserta membutuhkan homestay yang ada di Kubu Gadang sebagai penginapan mereka.

Sejak awalnya, Desa Wisata Kubu Gadang berdiri dengan swadaya masyarakat. Sejumlah fasilitas juga dibangun dan dirawat semangat gotong royong. Keberhasilan pengelola dalam menggalang kekuatan masyarakat tidak lepas dari dukungan Niniak Mamak (pemimpin adat). Dukungan tersebut lahir karena para Niniak Mamak juga merasakan dampak positif lahirnya Desa Wisata Kubu Gadang. Dampak ekonomi maupun sosial perlahan membangkitkan kesadaran semua pihak akan makna mendasar dari berdirinya sebuah desa wisata.

Dampak ekonomi, misalnya, selain dari pendapatan lewat homestay juga lewat sajian kuliner, kerajinan, kesenian, hingga pengelolaan sejumlah kegiatan yang dipesan para wisatawan lewat paket-paket wisata yang disediakan.

Dampak sosial berkenaan dengan pembinaan generasi muda. Salah satu contohnya adalah dengan semakin gandrungnya generasi muda mempelajari kembali tradisi warisan nenek moyang mereka seperti silek. Silek lanyah atau bersilat dalam lumpur adalah sajian pertunjukan khas di desa wisata Kubu Gadang. Silek ini adalah pengembangan dari silek tuo Gunuang yang dulunya diciptakan oleh maestro Silat Indonesia Inyiak Upiak Palatiang pada tahun 1915.

Awalnya ketika diperkenalkan sebagai bentuk kesenian, silek tuo Gunuang, sangat diminati oleh anak-anak muda, pada era 1960-an. Seiring dengan perkembangan zaman, peminat semakin berkurang. Angku Datuak Sati, salah seorang Niniak Mamak di Desa Wisata Kubu Gadang yang juga merupakan satu murid Inyiak Upiak Palatiang lalu bersepakat dengan para penggerak Desa Wisata Kubu Gadang pada tahun 2015 untuk menjadikan silek tuo Gunuang sebagai atraksi bagi para wisatawan.

Agar lebih menarik, wahana bersilat dipindahkan dari tanah kering ke dalam lumpur. ramuan ini berhasil meningkatkan minat wisatawan, dan semakin populer berkat sokongan dari para fotografer Sumbar yang memotret setiap kali pertunjukan ini digelar.

Hasilnya, murid Angku Sati yang semula hanya 4 orang, kemudian bertambah pesat menjadi 20 orang. Meski jumlah ini mengalami fluktuasi karena sebagian pandeka (pendekar) harus menjalani pendidikan di luar Kota Padang Panjang, tetapi tetap membuktikan bahwa antusiasme terhadap silek kembali hidup di Desa Wisata Kubu Gadang.

Leave a Reply