Pihak Rusia memberikan respons yang ambigu, menyatakan “tidak memiliki informasi” tentang kejadian ini. Sementara itu, blogger pro-Kremlin berspekulasi bahwa pesawat tersebut mungkin terkena tembakan sendiri atau bahkan ditembak jatuh oleh tim operasi SAS Inggris menggunakan rudal permukaan-ke-udara.
Terlepas dari penyebab pasti insiden ini, kejadian ini membawa pukulan signifikan bagi sektor penerbangan Rusia dan memberikan dorongan moral bagi angkatan bersenjata Ukraina.
Serangan balasan Ukraina yang gagal tahun lalu dan serangkaian kemunduran Rusia belakangan ini menunjukkan bahwa inisiatif tampaknya berpindah tangan.
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, Kremlin hanya memiliki enam A-50 yang berfungsi. Setiap pesawat ini memiliki biaya pembuatan sekitar US$330 juta. Ini bukan pertama kalinya pesawat A-50 Rusia mengalami serangan, dengan insiden serupa terjadi di Belarusia pada Februari tahun lalu.
Dengan serangkaian serangan terhadap infrastruktur militer Rusia, termasuk stasiun radar dan fasilitas lainnya di Krimea, Ukraina terus menunjukkan perlawanan terorganisir terhadap kehadiran militer Rusia di wilayah tersebut.
Saat ini, Ukraina tampaknya menantang dominasi Rusia di Laut Azov, yang mencakup pelabuhan Berdyansk dan Mariupol yang direbut pada tahun 2022.
Dalam pernyataan Senin, Panglima Tertinggi Ukraina, Valerii Zaluzhnyi, menyatakan bahwa dua rencana Rusia hancur dalam apa yang disebutnya sebagai “rencana yang sangat baik.” Juru bicara angkatan udara Ukraina, Yurii Ihnat, menambahkan bahwa Il-22 tidak dapat diperbaiki lagi dan menyebut pesawat mata-mata A-50 sebagai “target prioritas kami.”