“Ini sarana untuk bagaimana anak muda dapat aktif dan peka terhadap apa yang menjadi sebuah persoalan yang terjadi di masyarakat,” ujar pria kelahiran 1999 tersebut.
Salah satu Gen Z yang menjadi petugas KPPS adalah Diana Yuliani (20). Wanita kelahiran 2004 itu mengaku tertarik menjadi anggota KPPS karena ingin berkontribusi bagi masyarakat dan negara. Menurutnya, anak muda juga dapat berkontribusi.
Sebelumnya, ia juga telah menjadi Panitia Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih)
“Kebetulan baru tahun ini menjadi KPPS dan baru mau nyoblos tahun sekarang. Sebelumnya aku juga jadi pantarlih. Aku yang mendata penduduk di sekitar rumah. Makanya aku bisa menjadi KPPS selanjutnya,” ujarnya.
“Ini bisa menjadi hal yang baru buat Gen Z. Kita bisa buktikan kalau anak muda juga bisa berkontribusi buat masyarakat dan negara. Yang senior juga bisa digantikan oleh yang junior,” imbuhnya.
Sementara itu, Komisioner dan Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kota Bandung, Khoirul Anam Gumilar Winata mengatakan, KPU memang mendorong Gen Z dan Milenial menjadi penyelenggara Pemilu mulai dari PPK, PPS hingga KPPS.
“KPU mengimbau dari 7 orang anggota KPPS sebanyak 3-4 orang merupakan anak muda generasi milenial dan generasi Z,” ujarnya.
Ia mengatakan alasan banyak dilibatkannya anak muda dalam penyelenggaraan Pemilu karena kini KPU telah menetapkan sistem teknologi yang lekat dengan generasi Z. Selain itu, juga sebagai bentuk regenerasi.
“Antusiasme generasi Z saya rasa tinggi karena mereka daftar sendiri bukan rekomendasi RT dan RW. Mereka mendaftar sendiri, apakah itu dorongan dari kampus atau sekolah untuk berpartisipasi dalam kegiatan kepemiluan,” ungkapnya.