PeristiwaReligi

Haul Ke-52 KH Abdul Wahab Chasbullah, Wapres: Mbah Wahab pencetus solusi kebangsaan

663
×

Haul Ke-52 KH Abdul Wahab Chasbullah, Wapres: Mbah Wahab pencetus solusi kebangsaan

Share this article

Terakhir, pada kesempatan ini Wapres menceritakan kiprah besar Mbah Wahab bersama K.H. Hasyim Asy’ari dalam menggerakkan para ulama melalui pendirian Nahdlatul Ulama, sebagai organisasi revolusioner yang melakukan perbaikan- perbaikan dalam berbagai bidang.

“Yang diperbaiki tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga kemasyarakatan termasuk ekonomi, pendidikan, budaya, termasuk politik,” pungkasnya.

Sebelumnya, perwakilan Dzuriyah (keturunan) K.H. Abdul Wahab Chasbullah, Machfudhoh Aly Ubaid, dalam sambutannya mengajak para penerus Mbah Wahab untuk benar-benar meneladani ajarannya, khususnya dalam mencintai tanah air, seperti yang tercermin dalam syair yang digubah Mbah Wahab dalam lagu “Ya Lal Wathan”.

“Syair ini bagi kami semua bukan sebatas percikan syair semata yang dilantunkan melalui gemuruh suara, namun juga menjadi nilai dan citra dari K.H. Abdul Wahab Chasbullah,” ujarnya.

Nilai dan citra ini, tambah Machfudhoh, yang menggambarkan perjuangan Mbah Wahab untuk meracik kebangsaan dengan nafas agama Islam serta semangat nilai yang meneguhkan kokohnya peran keulamaan Mbah Wahab untuk tanah airnya, Indonesia.

Selain itu, pada kesempatan ini Machfudhoh juga mengajak, khususnya generasi muda untuk meneladani ketawadhuan Mbah Wahab dalam menghormati guru dan sesepuh.

“Ketika tahun 1947, saat K.H. Hasyim Asyari pulang ke rahmatullah, K.H. Abdul Wahab Chasbullah menjadi Rais Aam. Ini menarik, (karena) Mbah Wahab tidak menggunakan gelar ‘Rais Akbar’ seperti halnya K.H. Hasyim Asy’ari. Ini tentu menjadi sikap dan prilaku yang menggambarkan keteladanan seorang santri terhadap gurunya, sikap dan ketakdziman seorang santri terhadap kiai yang dihormatinya. Inilah keteladanan yang saya harapkan bisa diteladani dalam fenomena hari ini,” terangnya.

Sebab saat ini, menurut Machfudhoh, rasa takdim anak muda terhadap guru dan ulama mulai terkikis, khususnya di media sosial, terlebih apabila berkaitan dengan politik.

Leave a Reply