“DISCLAIMER: Informasi ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat”
Seketika.com, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan fakta yang mencengangkan terkait kasus bunuh diri di Indonesia pada tahun 2019, dengan angka mencapai lebih dari 6.000 kasus. Dalam statistik ini, mayoritas kasus melibatkan kaum pria, dengan jumlah mencapai 5.096, sedangkan pada wanita tercatat sebanyak 1.448 kasus.
Analisis menyebutkan bahwa perbedaan signifikan ini, sebagian besar dipengaruhi oleh kurangnya perawatan terhadap gangguan jiwa di kalangan pria. Studi dari British Medical Journal Inggris mencatat tingkat konsultasi perawatan primer pada laki-laki 32 persen lebih rendah dibandingkan perempuan.
Disadur Indozone, Dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ dari Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa, menekankan bahwa masalah serius ini tidak boleh diabaikan. Banyak laki-laki enggan membicarakan perasaan stres, kecemasan, atau bahkan depresi. Sebagai gantinya, mereka cenderung menyalurkan emosi melalui perilaku berisiko seperti konsumsi alkohol, penggunaan narkoba, dan, yang paling tragis, adalah bunuh diri.
Krisis kesehatan mental di kalangan pria menjadi fokus utama untuk meningkatkan kesadaran dan aksesibilitas perawatan jiwa. Langkah-langkah pendekatan komprehensif terhadap masalah ini diharapkan dapat mengurangi angka bunuh diri dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang memerlukan bantuan psikologis.
Mengatasi Stigma dan Meningkatkan Kesadaran
Salah satu langkah kunci dalam mengatasi krisis ini adalah menghilangkan stigma terkait perawatan kesehatan mental di kalangan pria. Pendidikan publik tentang pentingnya membicarakan masalah mental dan mencari bantuan profesional perlu ditingkatkan.