Nilai-nilai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, tambah Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sudah diterapkan di Aceh sejak masa lalu, sekaligus membawa kebesaran Aceh.
Menurut Rerie, catatan perjalanan sejarah Aceh merupakan bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia dalam proses pembentukan NKRI.
Bahkan, ujar dia, nilai-nilai yang diterapkan pada masyarakat Aceh sejak masa lalu juga terkandung pada empat konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
Rerie menilai dengan berbagai perubahan yang terjadi saat ini, sudah seharusnya setiap warga negara memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan yang kuat, dalam menghadapi sejumlah tantangan itu.
Bagi masyarakat Aceh dengan membangkitkan nilai-nilai luhur yang dimiliki, tegas Rerie, seharusnya lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini.
Pada kesempatan kunjungan ke Universitas Syiah Kuala, Rerie juga mengunjungi Pusat Riset Atsiri (Atsiri Research Centre/ARC), lembaga yang menjadi bagian dari Universitas Syiah Kuala.
Menurut Direktur Riset ARC, Dr. Syaifullah Muhammad, Pusat Riset Atsiri melakukan penelitian sekaligus pengembangan minyak nilam, siri, gaharu, kayu manis untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan parfum dan kosmetika.
Dalam tahapan pengembangan minyak atsiri itu, Universitas Syiah Kuala bekerjasama dengan sejumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Aceh, yang sebagian produknya sudah diekspor ke luar negeri.
Menurut Rerie, upaya yang dilakukan Universitas Syiah Kuala ini merupakan realisasi dari nilai-nilai yang diamanatkan UUD 1945 yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.*