“Sinergi antara perkembangan teknologi dan kebijakan etis menjadi kunci dalam membentuk masa depan yang cerah dengan kecerdasan buatan”
Seketika.com, Jakarta – Kecerdasan Buatan (AI) semakin menuju era kecanggihan yang mengubah paradigma banyak aspek kehidupan manusia.
Para peneliti dari Berkeley dan University of Oxford meramalkan bahwa AI akan mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun mendatang.
Dalam perkembangannya, AI diproyeksikan mampu menciptakan karya seni seperti lagu top 40, menulis buku best seller, merakit mainan Lego, menerjemahkan bahasa baru, hingga menciptakan video game. Perkiraan ini bahkan menyatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi sebelum tahun 2030.
Pada tahun 2063, para peneliti memprediksi kemungkinan AI dapat menjalankan pekerjaan tingkat tinggi, seperti menjadi ahli bedah atau peneliti AI. Namun, bersamaan dengan optimisme ini, tim peneliti juga menyoroti potensi bahaya.
Menurut survei yang melibatkan 2.778 peneliti AI, 68% dari mereka meyakini bahwa AI akan membawa dampak positif bagi manusia. Namun, terdapat keprihatinan bahwa kegagalan dalam mengendalikan AI dapat membawa dampak “kiamat” baru bagi umat manusia.
Sebanyak 10% peneliti meyakini ada kemungkinan manusia gagal mengontrol AI, yang dapat berujung pada kepunahan manusia.
Oleh karena itu, muncul dilema antara mempercepat atau memperlambat perkembangan AI. Meskipun demikian, mayoritas peneliti setuju untuk memfokuskan upaya pada meminimalisir risiko yang terkait dengan pengembangan AI.