“Kami berharap agar semua pihak dapat terus berinovasi, berpikir positif, dan selalu siap mengikuti perkembangan yang terjadi, serta tetap berkolaborasi dalam memajukan ekosistem Indonesia,”
Seketika.com, Jakarta – Pengembangan perusahaan rintisan atau startup di Indonesia menjadi fokus utama pemerintah dalam menjawab tantangan hilirisasi digital. Langkah ini dianggap penting dalam menciptakan nilai-nilai ekonomi baru dan peluang kerja yang signifikan.
Menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, “Tanpa proses hilirisasi, tidak akan ada penciptaan nilai tambah, peluang baru, ataupun penciptaan lapangan kerja. Inilah yang akan menjadi tantangan besar di masa depan, dan startup hadir untuk mengatasi permasalahan ini.”
Nezar Patria mengungkapkan bahwa jumlah startup digital di Indonesia terus meningkat, saat ini mencapai 2.562 unit, dengan dua di antaranya mencapai valuasi US$10 miliar atau decacorn, dan tiga belas lainnya mencapai valuasi US$1 miliar atau unicorn, sekitar Rp155 triliun dan Rp15,5 triliun masing-masing.
Secara global, setiap tahun ada 50 juta startup baru, dengan 135.000 startup lahir setiap hari. Di Asia Tenggara sendiri, terdapat 4500 startup, termasuk 52 startup unicorn.
Nezar yakin bahwa lebih dari setengahnya berada di Indonesia. Proyeksi valuasi startup di Asia Tenggara mencapai US$1 triliun (sekitar Rp15,5 kuadraliun).
Indonesia saat ini menempati peringkat keenam di dunia dalam jumlah startup. Namun, pertumbuhan startup masih belum merata dan terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.