Lalu, sambung Bey, sempat juga terjadi perdebatan apakah Indonesia akan lockdown atau tidak, karena beberapa negara maju melakukan lockdown tapi Indonesia tidak.
“Di sinilah pentingnya dokumentasi seperti itu. Mungkin kalau ada perbedaan dengan negara lain yang lockdown nanti ada jawabannya. Bahwa masih banyak penduduk kita hidup dari penghasilan harian, jadi bayangkan kalau harus lockdown bagaimana mereka hidup, akan berdampak pada APBN kita yang tidak kuat menampung,” ucap Bey.
Lanjut Bey, kata kunci dalam penanganan COVID-19 di Indonesia termasuk di Jawa Barat adalah keselamatan rakyat menjadi yang utama.
“Dalam situasi apapun keselamatan masyarakat yang utama, kita juga sempat membahas vaksinasi dari pertama negara Tiongkok, membahas kehalalan dan sebagainya, dengan dukungan berbagai pihak termasuk MUI, vaksinasi akhirnya dilaksanakan itu kunci menghadapi COVID-19,” kata Bey.
Karena itu, sambung Bey, penyelamatan arsip COVID-19, apalagi tampil sebagai galeri menjadi strategis karena akan menjadi pembelajaran bagaimana menghadapi suatu permasalahan global.
Bey juga sempat menyinggung soal digitalisasi arsip. Ini penting karena saat ini digitalisasi menjadi keniscayaan.
“Digitalisasi keharusan dan bagaimana menyimpan arsip dengan baik kewajiban kita semua, jangan sampai arsip rusak karena keteledoran,” katanya.